Bank Indonesia Lampung, – indeks Harga Konsumen (IHK) gabungan dua kota di Provinsi Lampung pada bulan

September 2023 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,33% (mtm), lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode Agustus 2023 yang mengalami inflasi sebesar 0,30% (mtm), dan lebih rendah dari rata-rata inflasi bulan September pada 3 (tiga) tahun terakhir yang

tercatat inflasi 0,57% (mtm). Tingkat inflasi IHK tersebut lebih tinggi dari inflasi nasional sebesar 0,19% (mtm) dan inflasi gabungan 24 kota di wilayah Sumatera sebesar 0,32%(mtm). Secara tahunan, inflasi gabungan dua kota di Provinsi Lampung bulan September 2023

tercatat sebesar 2,27% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi Nasional sebesar 2,28% (yoy), namun lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi gabungan 24 kota di wilayah

Sumatera sebesar 2,13% (yoy).

Dilihat dari sumbernya, inflasi pada bulan September 2023 didorong oleh

peningkatan harga pada beberapa komoditas seperti: beras, bensin, akademi /perguruan tinggi, daging ayam ras, dan biaya pulsa ponsel dengan andil masing-masing sebesar 0, 312%; 0,064%; 0,032%; 0,029%; dan 0,018%. Kenaikan harga beras terutama disumbang oleh harga beras medium yang meningkat 13,08% (mtm) di penggilingan, lebih tinggi dibandingkan 5,48% (mtm) pada bulan sebelumnya. Kenaikan ini terutama dipengaruhi oleh

faktor demand pull dari pulau Jawa (Dampak El Nino) di tengah prognosa peningkatan produksi beras Lampung pada triwulan III 2023. Lebih lanjut, kenaikan harga bensin dipengaruhi oleh kenaikan harga Pertamax (Rp800/liter) dan Pertamax Turbo (Rp1.300/liter)

oleh Pemerintah sebagai respon terhadap meningkatnya harga minyak mentah dunia. Sementara itu, kenaikan harga daging ayam ras disebabkan oleh pemotongan dini yang dilakukan pelaku usaha untuk menyesuaikan harga jual dengan HET (Rp36.750/kg), di mana

rerata harga daging ayam ras pada September 2023 masih pada kisaran Rp35.200/kg. Adapun kenaikan harga untuk biaya perguruan tinggi sejalan dengan penyesuaian tahunan. Kenaikan harga pulsa ponsel sejalan dengan strategi bisnis pelaku usaha dalam menyikapi peluang keuntungan dari traffic telekomunikasi di tahun politik.

Inflasi yang masih terkendali pada bulan September 2023 didukung oleh deflasi

pada sebagian komoditas, antara lain telur ayam ras, bawang merah, bawang putih, minyak goreng, dan cabai rawit dengan andil masing-masing sebesar -0,074%; -0,026%; – 0,021%; -0,020%; dan -0,016%. Penurunan harga telur ayam ras dipengaruhi oleh permintaan yang turun pada September 2023 pasca dilakukannya percepatan penyaluran bansos pada Agustus 2023. Lebih lanjut, penurunan harga bawang merah disebabkan oleh berlanjutnya periode panen bawang merah di Brebes yang dihasilkan dari penanaman bulan

Apr – Mei 2023. Sementara itu, penurunan harga minyak goreng sejalan dengan masuknya periode puncak panen untuk TBS kelapa sawit.

Sementara itu, NTP Provinsi Lampung pada September 2023 tercatat sebesar

113,45, meningkat 2,24% (mtm) jika dibandingkan dengan 110,96 pada bulan

sebelumnya . Kenaikan NTP ini didorong oleh kenaikan NTP untuk seluruh Subsektor kecuali Peternakan sejalan dengan berlanjutnya kenaikan harga gabah dan cabai merah. Meski NTP

Provinsi Lampung secara umum tercatat di atas 100, NTP Subsektor Perikanan Budidaya masih berada di bawah 100, yaitu 99,30.

Ke depan, KPw BI Provinsi Lampung memprakirakan bahwa inflasi IHK gabungan kota di Provinsi Lampung akan tetap terjaga pada rentang sasaran inflasi 3±1% (yoy) sampai dengan akhir tahun 2023. Namun demikian, diperlukan upaya mitigasi risiko-risiko sebagai berikut, antara lain dari Inflasi Inti berupa (i) Shock aggregate demand di tengah kondisi excess liquidity, kenaikan UMP tahun 2023, dan momen tahun politik; dan (ii) risiko rendahnya capaian pemulihan daya beli masyarakat yang berpotensi menyebabkan kenaikan inflasi inti di kemudian hari akibat respon penurunan volume produksi pelaku usaha sebagai

bentuk efisiensi. Sementara itu dari sisi Inflasi Volatile Food (VF), adalah (i) risiko

meningkatnya harga komoditas hortikultura pada periode tanam, terutama pada November – Desember 2023; (ii) pendistribusian beras di Lampung yang tidak merata akibat tingginya permintaan dari Pulau Jawa, yang perlu dimitigasi dengan penguatan HPP beras. Selanjutnya risiko dari Inflasi Administered Prices (AP) yang perlu mendapat perhatian di antaranya

yaitu (i) stance OPEC+ yang ingin mendorong kenaikan harga minyak dunia untuk kepentingan geopolitik; (ii) risiko percepatan kenaikan harga rokok di akhir tahun dengan ekspektasi tarif cukai rokok yang kembali meningkat pada tahun 2024.

Meninjau perkembangan inflasi pada bulan berjalan dan mempertimbangkan risiko inflasi ke depan, berikut adalah beberapa upaya TPID Provinsi Lampung dalam menjaga stabilitas harga melalui strategi 4K, yaitu :

1. Keterjangkauan Harga

a. Melakukan operasi pasar/SPHP secara kontinyu hingga harga kembali turun sampai dengan HET.

b. Pelaksanaan sidak dan monitoring pasokan Gas LPG 3kg di setiap pangkalan yang tersebar di Kabupaten/Kota, di antaranya Lampung Utara.

c. Melakukan monitoring harga dan pasokan , khususnya pada komoditas – komoditas strategis sebagai berikut:

– Komoditas yang perlu diwaspadai kenaikan harganya: beras, telur ayam, bawang putih, bawang merah, minyak goreng, dan cabai rawit. Komoditas yang relatif terjaga, namun masih memiliki risiko kenaikan harga: daging ayam, cabai merah, dan gula pasir.

2. Ketersediaan Pasokan

a. Memperkuat dan memperluas Kerjasama Antar Daerah (KAD) Provinsi Lampung, utamanya komoditas yang sering bergejolak, termasuk pelaksanaan pelatihan budidaya bawang merah bagi kelompok tani dan KAD G2G dan B2B bawang merah sebagai bagian dari GNPIP Lampung 2023. Pada Mei 2023, BI Lampung memberi bantuan 5 ton bibit bawang merah varietas bima untuk pilot project budidaya bawang merah di 5 Kab/Kot di Provinsi Lampung. Sampai dengan September 2023, pilot project dimaksud telah menghasilkan 3,5 ton bawang merah konsumsi dan 0,76 ton bibit bergulir untuk perluasan budidaya bawang merah di Lampung.

b. Berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan untuk mempercepat penanaman padi, optimalisasi peran bendungan, pendistribusian bibit yang cukup resisten terhadap kekeringan, dan pendistribusian traktor/alsintan.

3. Kelancaran Distribusi

a. Memastikan kelancaran transportasi serta angkutan udara, darat, dan laut melalui koordinasi dan sinergi untuk memastikan kecukupan kapasitas dan jumlah moda transportasi untuk menjaga lalu lintas angkutan barang dan manusia.

b. Penyampaian substansi koordinasi kepada Pemerintah Daerah untuk memprioritaskan perbaikan jalan Kabupaten/Kota dan Pedesaan yang dilalui oleh angkutan barang bahan pangan.

4. Komunikasi efektif

Melakukan rapat koordinasi secara formal yang dilaksanakan rutin setiap minggu, dan informal melalui Whatsapp Group POSKO Inflasi, dalam rangka menjaga awareness TPID Lampung terkait dinamika harga dan pasokan terkini, serta penyelenggaraan HLM menjelang Nataru.